This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 27 Mei 2013

Silogisme Kategorik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kesimpulan merupakan hasil akhir dari proses berfikir. Dalam studi logika atau ilmu terapan yang berhubungan dengan aktifitas berfikir, terdapat dua cara pengambilan kesimpulan, yakni eduksi (penyimpulan langsung) dan deduksi (penyimpulan tidak langsung). Silogisme merupakan teknik penyimpulan yang termasuk dalam cara deduksi yang terdiri dari silogisme kategoris, silogisme hipotesis, dan silogisme disyungtif.
Dalam makalah ini akan coba dipaparkan mengenai silogisme kategorik, mulai dari definisi sampai silogisme dalam komunikasi sehari-hari. Oleh karena itu, penulis berharap dengan adanya makalah ini, pembaca dapat lebih memahami silogisme kategorik dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
1.2  Rumasan Masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan silogisme kategorik?
  2. Apa saja prinsip-prinsip dalam silogisme?
  3.  Bagaimana bentuk silogisme menyimpang?
  4. Apa saja hukum silogisme?
  5. Bagaimana bentuk, susunan dan modus silogisme?
  6.  Bagaimana silogisme dalam komunikasi sehari-hari?
1.3  Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan diantaranya yaitu:
1.      Mengetahui definisi silogisme kategorik.
2.      Mengetahui prinsip-prinsip dalam silogisme.
3.      Mengetahui bentuk silogisme yang menyimpang.
4.      Mengetahui hukum silogisme.
5.      Mengetahui bentuk, susunan, dan modus silogisme
6.      Mengetahui silogisme dalam komunikasi sehari-hari.
1.4  Manfaat
Dalam penulisan makalah ini, manfaat yang dapat kita peroleh yaitu:
1.      Mengetahui mengenai silogisme kategorik.
2.      Menambah pengetahuan.
3.      Mengetahui kegunaan silogisme dalam komunikasi sehari-hari.
1.5  Metode
Metode yang digunakan penulis untuk menyusun makalah ini adalah study pustaka yaitu usaha penulis menghimpun informasi-informasi yang relevan dari buku-buku ilmiah, ensiklopedi, dan sumber-sumber baik tercetak ataupun elektronik lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Silogisme Kategorik
      Silogisme merupakan tekhnik pengambilan kesimpulan secara deduksi atau sering disebut dengan penyimpulan tidak langsung (mediate inference) atau dalam kaidah ilmu mantiq lebih dikenal dengan istidlal yang secara bahasa memiliki arti: mencari dalil, keterangan, indikator, atau petunjuk.
      Secara istilah, silogisme bisa diartikan dengan upaya memahami yang belum diketahui melalui hal-hal yang sudah diketahui atau penyimpulan pengetahuan baru yang kebenarannya diambil secara sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu.
      Menurut Abu Hilal Al-Anskari terkait dengan silogisme adalah mencari pengertian sesuatu dari segi lainnya. Sedangkan menurut Aristoteles, silogisme adalah argument yang konklusinya diambil secara pasti dari premis-premis yang menyatakan permasalahan berlainan.
      Silogisme kategorik sendiri, disebut demikian karena merupakan silogisme yang semua proposisinya adalah proposisi kategorik.
2.2 Prinsip-prinsip Silogisme
      Silogisme sebagai prosedur penalaran menurunkan konklusi yang benar atas dasar premis-premis yang benar. Dasar-dasar itu disebut azas-azas atau prinsip-prinsip silogisme. Jumlahnya hanya dua, yaitu:
1) Prinsip persamaan
   Prinsip ini mengatakan, bahwa dua hal adalah sama, kalau kedua-duanya sama dengan hal yan ketiga.
S=M=P, jadi: S=P.
2) Prinsip perbedaan
   Prinsip ini mengatakan bahwa dua hal itu berbeda yang satu dengan yang lain, kalau yang satu sama dengan hal yang ketiga, sedang yang lain tidak sama.
S=M≠P, jadi: S≠P.
   Kedua prinsip silogisme itu penerapannya dalam silogisme memerlukan dua prinsip lagi, artinya: kalau silogisme tidak memenuhi kedua prinsip penerapan itu, kebenaran konklusi silogisme tidak dapat dipastikan. Kedua prinsip penerapan itu ialah:
1) Prinsip distribusi
   Prinsip ini mengatakan, bahwa apa yang berlaku secara distributif untuk sesuatu kelas, yaitu berlaku untuk semua dan masing-masing anggotanya, berlaku untuk tiap-tiap anggotanya masing-masing.
Contoh:
“Semua pahlawan adalah orang berjasa.”(‘Orang berjasa’ berlaku untuk ‘semua pahlawan’ secara distributif.)
   “Kartini adalah pahlawan.” (‘Kartini’ adalah anggota kelas ‘pahlawan’).
   Jadi: “Kartini adalah orang berjasa.” (‘Orang berjasa’ juga berlaku untuk Kartini).
      2) Prinsip distribusi negatif
Prinsip ini menyatakan, bahwa apa yang diingkari tentang sesuatu kelas secara distributif, juga diingkari pada tiap-tiap anggotanya masing-masing.
Misalnya:
“Toyota itu bukan sedan bermesin disel”. (Term, ‘sedan bermesin disel’ diingkari tentang Toyota secara distributif).
“Mobil Adam itu adalah sebuah Toyota”. (‘mobil Adam’ adalah anggota kelas Toyota).
Jadi: “Mobil Adam itu bukan sedan bermesin disel”. (‘Sedan bermesin disel’ juga diingkari pada mobil Adam).
Menurut Aristoteles kebenaran prinsip-prinsip diatas bertumpu kepada kebenaran prinsip-prinsip yang lebih dalam lagi, yaitu: Azas-azas penalaran yang jumlahnya tiga.
1)      Azas identitas: segala sesuatu itu identik dengan dirinya sendiri. A=A.
2)      Azas kontradiksi: tidak ada sesuatu yang sekaligus memiliki dan tidak memiliki sesuatu sifat tertentu. Tidak mungkin A=B dan sekaligus A≠B.
3)      Azas tiada jalan tengah: sesuatu itu pasti memiliki atau tidak memiliki sifat tertentu. A=B atau A≠B, tidak ada kemungkinan lain.
2.3 Bentuk Silogisme Menyimpang
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan kiranya lebih banyak bentuk yang menyimpang. Dalam logika bentuk-bentuk yang menyimpang itu resminya harus dikembalikan menjadi bentuk standar, setidak-tidaknya apabila penalarannya menjadi tidak jelas.
Pertama, penyimpangan dari silogisme standar dapat terjadi karena orang yang tidak menggunakan proposisi kategorik standar.
Contoh:
            Mereka tidak lulus semuanya, karena tidak belajar.
            Kamu kan tekun belajar,
            Mengapa kamu mesti takut tidak lulus!
            Dalam bentuk standar:
            Semua orang yang tidak lulus bukan (≠) orang yang belajar.            
Kamu adalah orang yang belajar.
            Jadi: Kamu bukan orang yang tidak lulus.
           
Penyimpangan dari bentuk silogisme standar juga dapat terjadi karena term yang sama dilambangkan dengan kata-kata yang berbeda, sehingga penalarannya kelihatan memiliki lebih dari tiga term.
Misalnya:
            Setiap prajurit harus selalu siap bergerak.
            Adam itu anggota TNI Angkatan Darat.
            Maka di manapun ia di tempatkan, ia tidak pernah merasa menetap.
            Dalam bentuk standar:
            Semua prajurit adalah orang yang selalu siap bergerak.
            Adam adalah prajurit.
Jadi: (Di manapun ditempatkan) Adam adalah orang yang selalu siap bergerak.
2.4 Hukum Silogisme
1. Hukum silogisme mengenai term
Sudah diketahui bahwa yang disebut silogisme itu mempunyai tiga term S,M, dan  P. Maka hukum silogisme yang pertama dapat dirumuskan:
   a. Jumlah term dalam silogisme tidak boleh lebih dari tiga: S — M — P.
Hukum ini tidak lain daripada rumusan operasional dari prinsip persamaan.
Dalam silogisme, term tengah, M adalah term pembanding, yang digunakan untuk mengetahui apakah S=P atau tidak. Hasil dari perbandingan itu ialah: S=P atau S≠P. Inilah konklusi silogisme. Hal ini secara operasional dapat dirumuskan sebagai hukum kedua:
   b. Term tengah, M, tidak boleh terdapat dalam konklusi
Hubungan antara term S dan term P di dalam konklusi diketahui berdasarkan term M, yang dua kali terdapat dalam premis. Kalau kedua term M itu dua kali tidak berdistribusi, tidak dapat diketahui apakah kedua term itu meliputi anggota yang sama. Maka hukum silogisme yang ketiga ialah:
    c. Term tengah M setidak-tidaknya satu kali harus berdistribusi
Silogisme itu suatu bentuk penalaran, dan seperti semua penalaran, menyimpulkan suatu konklusi dari premis, yang berarti bahwa konklusi itu sudah terkandung atau terdapat di dalam premisnya. Tidak mungkin konklusi mengatakan sesuatu yang secara implisit belum terdapat di dalam premis. Kesesatan berfikir seperti itu akan terjadi apabila term S dan/atau P di dalam konklusi term S dan/atau P meliputi anggota-anggota yang tidak ditunjuk oleh term S dan/atau P dalam premis. Sebagai hukum ini dapat dirumuskan:
   d. Term S dan P dalam konklusi tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
Kesesatan yang melanggar hukum ini banyak terjadi dan telah mendapat nama latin: Latius hos.
2. Hukum silogisme mengenai proposisi
   Hukum pertama mengenai proposisi dalam silogisme adalah rumus operasional dari prinsip persamaan. Prinsip ini terdiri atas tiga anggota, berupa tiga proposisi. Dua proposisi afirmatif sebagai premis, yaitu: S=M dan M=P dan yang ketiga sebagai konklusinya, yaitu S=P, yang juga sebuah proposisi afirmatif. Maka hukumnya dapat dirumuskan demikian:
a.  Apabila proposisi-proposisi di dalam premis afirmatif, maka konklusinya harus      afirmatif
Menurut prinsip perbedaan, tidak mungkin proposisi-proposisi di dalam premis itu semuanya negatif, salah satu pasti harus afirmatif: S=M dan M≠P atau sebaliknya.
b. Proposisi di dalam premis tidak boleh kedua-duanya negatif
Menurut prinsip perbedaan pula, kecuali proposisi dalam premis itu harus satu afirmatif dan yang lain negatif, maka konklusinya pasti negatif.
c.  Konklusi mengikuti proposisi yang lemah dalam premis
Akan tetapi hukum di atas juga harus diartikan bahwa kalau di dalam premis ada proposisi partikulir, maka konklusinya juga harus partikulir.
d.                         Proposisi di dalam premis tidak boleh kedua-duanya partikulir, setidak-tidaknya salah satu harus universal.
Hukum ini sebetulnya hanya merupakan pelaksanaan hukum 3 dan 4 di atas mengenai term. Pelanggaran terhadap hukum ini akan merupakan pelanggaran terhadap hukum 3 atau 4, tergantung dari bentuk silogismenya. Dua proposisi yang partikulir dalam premis itu kedua-duanya proposisi afirmatif atau salah satu diantaranya adalah proposisi negatif. Kalau disusun sebagai premis, ada tiga kemungkinan sebagai berikut:
Bentuk I             Bentuk II                    Bentuk III
Maior: Beberapa M=P    Beberapa M=P            Beberapa M≠P
Minor: Beberapa S=P     Beberapa S≠M            Beberapa S=M
Bentuk I melanggar hukum 3 mengenai term, M dua kali tidak berdistribusi.
   Bentuk II akan menghasilkan konklusi S≠P, dimana P akan berdistribusi, sedang di dalam maiornya term P tidak berdistribusi. Jadi melanggar hukum 4 mengenai term.
   Dalam bentuk III sekali lagi term M dua kali tidak berdistribusi.
2.5 Bentuk, Susunan, dan Modus Silogime
         Berbicara tentang susunan silogisme berarti berbicara tentang kedudukan term M dalam kedua proposisi premis silogisme. Susunannya adalah sebagai berikut:
Susunan 1:    M — P
                     S — M
                     S — P
Susunan II:    P — M
                      S — M
                      S — P
Contoh:        Sirkel adalah bentuk bundar.
                     Segitiga itu bukan bentuk bundar.
                      Jadi: Segitiga itu bukan sirkel.
Susunan III: M — P
                     M — S
                      S — P
Contoh:        Mahasiswa itu orang dengan tugas belajar.
                     Ada mahasiswa yang orang bodoh.
                      Jadi: Sebagian orang bodoh itu orang dengan tugas belajar.
Susunan IV:    P — M
                        M — S
                        S — P
Contoh:        Influenza itu penyakit.
                     Semua penyakit itu pengganggu kesehatan.
                      Jadi: Sebagian pengganggu kesehatan itu influenza.
Apa yang disebut modus silogisme itu dapat dijelaskan sebagai berikut: Kedua proposisi premis dalam silogisme itu tentu masing-masing berupa proposisi A, E, I, atau O, yaitu bentuk-bentuk proposisi menurut kuantitas dan kualitasnya. A, E, I, O sebagai maior dan minor premis silogisme itulah yang disebut modus silogisme.
Ada16 modus silogisme yang berupa rakitan maior dan minor menurut kualitas dan kuantitas proposisinya yaitu:
Maior: A A A A       E E E E           I  I  I  I                        O O O O
Minor: A E I O        A E I O           A E I O           A E I O
      Modus dan susunan silogisme itu bersama-sama menentukan bentuk silogisme. Misalnya:
Susunan I, modus AA sebagai berikut:       Semua M= P (A)
                                                                     Semua S= M (A)
                                                                     Semua S= P  (A)
Susunan II: modus AO sebagai berikut:      Semua      P= M  (A)
                                                                     Beberapa  S≠M  (O)
                                                                     Beberapa  S≠P    (O)
Dalam kenyataannya kebanyakan di antara ke-64 bentuk silogisme yang dapat disusun itu melanggar satu atau lebih dari hukum silogisme, jadi penalaran tidak sahih, tidak dapat menghasilkan konklusi yang benar.
Misalnya:
Modus AI dalam susunan I menjadi:           Semua    M=P (A)
                                                                     Beberapa S=M(I)
                                                                     Beberapa S= P(I)
Bentuk penalaran ini sahih, akan tetapi yang berikut ini tidak:
Modus AI dalam susunan II menjadi:         Semua                 P=M(A)
                                                                     Beberapa S=M(I)
                                                                     Non sequitur.
2.6 Bentuk Silogisme yang Sahih
      Bentuk-bentuk silogisme yang sahih itu diberi nama dengan menggunakan ketiga huruf yang melambangkan bentuk proposisi maior, minor, dan konklusi. Di bawah ini bentuk silogisme yang sahih dengan nama-namanya.
Susunan I: Bentuk                        A-A-A             nama Barbara
                        Bentuk                        E-A-E              nama Celarent
                        Bentuk                        A-I-I                nama Darii
                        Bentuk                        E-I-O               nama Ferio
Susunan II:Bentuk                        A-E-E              nama Camestres
                        Bentuk                        E-A-E              nama Cesare
                        Bentuk                        A-O-O             nama Baroco
                        Bentuk                        E-I-O               nama Festino
Susunan III:Bentuk          A-A-I              nama Darapti
                        Bentuk                        E-A-O             nama Felapton
                        Bentuk                        A-I-I                nama Datisi
                        Bentuk                        E-I-O               nama Fresison
                        Bentuk                        I-A-I                nama Disamis
                        Bentuk                        O-A-O             nama Bocardo
Susunan IV:Bentuk          A-A-I              nama Bramantis
                        Bentuk            A-E-E              nama Camenes
                        Bentuk                        E-A-O             nama Fesapo
                        Bentuk                        E-I-O               nama Ferison
                        Bentuk                        I-A-I                nama Dimaris
Ciri-ciri silogisme yang sahih:
                                    Susunan I                    Susunan II                   Susunan III
Maior                     berdistribusi (A/E)      berdistribusi (A/E)          
Minor                    afirmatif (A/I)                                             afirmatif (A/I)
Konklusi                                                negative                       partikulir
2.7 Silogisme dalam Komunikasi Sehari-hari
            Dalam komunikasi sehari-hari juga banyak terjadi peyimpangan karena unsur proposisinya hiperlengkap, lebih dari tiga.
  1. Entimema
Dalam komunikasi sehari-hari orang biasanya tidak bersusah-susah memberi bentuk silogisme standar kepada argumentasinya. Banyak penalaran yang tidak semua unsur proposisinya dinyatakan secara eksplisit. Ini begitu biasa dalam komunikasi sehari-hari, sehingga argumentasi semacam itu sudah mendapat nama sejak jaman Yunani purba, yaitu entimema.
Entimema itu sebagai argumentasi hanya mempunyai arti kalau proposisi yang tidak dinyatakan secara eksplisit itu sudah jelas. Untuk melengkapi entimema sehingga menjadi silogisme standar, harus diingat bahwa:
a)      Premis di dalam penalaran adalah alasan atau sebab dari konklusi. Dalam bahasa, premis itu akan nampak dari penggunaan kata-kata seperti: karena, sebab, dengan alasan, berdasarkan, dan sebagainya.
b)      Konklusi adalah akibat atau berdasarkan premis dan dalam bahasa sering didahului dengan kata-kata: jadi, oleh karena itu, maka dari itu, dengan alasan itu, dan sebagainya.
c)      Term konklusi adalah: S — P.
d)     Term yang bukan S atau P adalah M dan hanya terdapat di dalam prémis.
Bentuk-bentuk entimema ialah:
1)      entimema tanpa maior,
2)      entimema tanpa minor,
3)      entimema tanpa konklusi,
4)      entimema tanpa konklusi dan maior atau minor.
  1. Polisilogisme dan Sorites
Bentuk silogisme tersusun yang boleh dibilang standar ialah polisilogisme. Dalam polisilogisme, silogisme yang pertama lengkap. Konklusinya kemudian langsung digunakan sebagai premis silogisme berikutnya. Konklusi silogisme kedua ini dijadikan lagi premis silogisme berikutnya dan seterusnya.
Partai yang fanatik mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang mau mengalah.
Partai yang mau mengalah adalah partai yang mau bermusyawarah.
————————————————————————————————
Partai yang fanatik mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang mau bermusyawarah.
Partai yang mau bermusyawarah adalah partai seperti dituntut oleh pancasila.
————————————————————————————————
Partai yang fanatik mementingkan golongan sendiri itu bukan partai seperti dituntut oleh pancasila.
Partai seperti dituntut oleh pancasila adalah partai yang sesuai dengan consensus bangsa Idonesia.
————————————————————————————————
Partai yang fanatik mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang sesuai dengan konsesus bangsa Indonesia.
            Dalam komunikasi sehari-hari orang lebih banyak menggunakan bentuk entimema dari polisilogisme, namanya sorites. Dalam sorites semua konklusi dalam silogisme dihilangkan, kecuali konklusi terakhir. Dalam bentuk sorites, polisilogisme di atas menjadi sebagai berikut:
Partai yang fanatik mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang mau mengalah.
Partai yang mau mengalah adalah partai yang mau bermusyawarah.
Partai yang mau bermusyawarah adalah partai seperti dituntut oleh Pancasila.
Partai seperti dituntut oleh Pancasila adalah partai yang sesuai dengan konsesus bangsa Indonesia.
————————————————————————————————
Partai yang fanatik mementingkan golongan sendiri itu bukan partai yang sesuai dengan konsesus bangsa Indonesia.
Polisilogisme biasa                              Sorites
S — M                                                            S — M
M — P                                                            M — P
  S — P                                                P — Q
P — Q                                                 Q — R                                                           
Q — R                                                              S — R
  S — R
  1. Epikirema
Sebuah bentuk polisilogisme lain yang juga biasa digunakan dalam komunikasi ialah epikirema yaitu silogisme yang salah satu atau kedua premisnya disertai dengan sebab, keterangan, atau alasan.
Contah:
            Semua arloji baik adalah arloji mahal , karena sukar pembuatannya.
            Arloji quartz itu arloji baik, karena selalu tepat dan awet.
            Jadi: Arloji quartz itu arloji mahal.
Tiga contoh silogisme:
Premis maiornya menjadi demikian:
            Barang yang sukar pembuatannya adalah barang mahal.
            Arloji baik itu barang yang sukar pembuatannya.
            Jadi: Arloji baik itu barang mahal.
Premis minornya menjadi sebagai berikut:
            Arloji yang selalu tepat dan awet  adalah arloji baik.
            Arloji quartz itu selalu tepat dan awet.
            Jadi: Arloji quartz itu arloji baik.
Kesimpulan dari silogisme contoh tersebut diturunkan dari kedua konklusi di atas sebagai premis:
            Arloji baik itu barang mahal.
            Arloji quartz itu arloji baik.
            Jadi: Arloji quartz itu barang mahal.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1  Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan dapat diketahui bahwa silogisme kategorik merupakan silogisme yang semua proposisinya adalah proposisi kategorik. Silogisme memiliki berbagai patokan-patokan hukum sebagai pembatas dalam menyimpulkan premis-premis yang ada dalam silogisme tersebut. Apabila dalam penyusunan silogisme hal-hal tersebut dilanggar, maka akan terjadi kerancuan dalam bentuk silogisme tersebut yang akhirnya tidak akan ditemukan keterkaitan antara kesimpulan dan premis-premisnya.
3.2  Saran
1.Bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai silogisme kategorik, penulis berharap dengan kerendahan hati agar pembaca mencari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan silogisme kategorik.
2. Jadikanlah makalah ini sebagai sarana yang dapat menambah wawasan pembaca, sehingga dapat mendorong pembaca untuk berfikir aktif dan kreatif.
  
DAFTAR PUSTAKA
Mundiri. 2008. Logika. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
R.G. Soekadijo. 1991. Logika dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Basako, Bab 6 Silogisme Kategorik. Diunduh dari http// notexabasako.blogspot.com    tanggal 19 November 2011
Silogisme; silogisme kategorik. Diunduh dari http// kallolougi.blogspot.com tanggal 19 November 2011
Silogisme kategorik. Diunduh dari www.google.com

Masuknya Islam di Spanyol


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Setelah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islma dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahkan kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Islam Spanyol di Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat  peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Masuknya Islam di Spanyol ?
2.      Faktor-faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Islam Mudah Masuk Spanyol ?
3.      Bagaimana Perkembangan Islam di Spanyol ?
4.      Bagaimana Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol ?
5.      Bagaimana Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa ?
6.      Bagaimana Transmisi ilmi-ilmu Keislaman di Eropa ?
C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui Bagaimana Masuknya Islam di Spanyol.
2.      Mengetahui Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Islam Mudah Masuk Spanyol.
3.      Mengetahui Bagaimana Perkembangan Islam di Spanyol.
4.      Mengetahui Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol.
5.      Mengetahui Bagaimana Pengaruh Peradaban Islam Spanyol di Eropa.
6.      Mengetahui Transmisi ilmu-ilmu Keislaman di Eropa.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Masuknya Islam di Spanyol
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyo, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikan sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd Al-Malik mengangkat Hasan Ibn Nu’man Al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan Bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa Bin Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa Bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang dilakukan sebelumnya.
Sebelum dikalahkan dan dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.  Ada tiga pahlawan Islam paling berjasa memimpin satuan-satuan ke sana, yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.
Khalifah mengirim 500 orang pasukan yang dipimpin oleh Tharif  Ibn Malik pada tahun 91 H/711 M, Ibn Nushair (gubernur Afrika Utara) mengirim pasukan sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad. Akhirnya Thariq Ibn Ziyad berhasil menguasai hampir seluruh kota yang ada di semenanjung Iberia atas bantuan  Nushair mendeklarasikan semenanjung Iberia sebagai bagian dari kekuasaan Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Thariq Ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata yang dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian dari orang Arab yang dikirim oleh Khalifah Al-Walid. Pasukan itu menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama  kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukanya, yaitu Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan, dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibu kota kerajaan Goth saat itu). Musa Ibn Nushair membantu perjuangan Thariq dengan suatu pasukan besar dan ia berangkat menyeberangi selat itu dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditlaklukkanya seperti Sidonia, Karmona, Seville, Merida, serta kerajaan Gothik, Theodomir di Orihuela, kemudian ia bergabung dengan Thariq di Teledo dan keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol. Yaitu bagian Utara (dari Sarogosa sampai Navarre).
Ketika Daulah Umayyah di Damaskus dihancurkan oleh Bani Abbas, Abd al-Rahman Ibn Mu’awiyah berhasil meloloskan diri dan menginjakan kakinya di Andalusia pada tahun 132 H/750 M. Ia diberi gelar al-dakhil, karena beliau adalah pangeran Dinasti Bani Umayyah pertama yang menginjakan kakinya di semenanjung Iberia. Beliau berhasil menyingkirkan Yusuf  Ibn Abd al-Rahman al-Fihri yang menyatakan diri tunduk kepada Dinasti Bani Abbas pada tahun 138 H/756 M. Abd al-Rahman al-Dakhil memproklamirka bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas dan Ia memakai gelar amir (bukan khalifah).
Selama 32 tahun berkuasa, Abd al-Rahman berhasil mengatasi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun dari luar. Karena ketangguhannya, kemudia Ia diberi gelar Rajawali Quraisy. Karena kekuasaan Dinasti Bani Abbas sepeninggal al-Mutwakil (247 H/861 M) semakin merosot, Abd al-Rahman memproklamirkan diri sebagai khalifah dan memakai gelar amir al-mu’minin.

B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Islam Mudah Masuk Spanyol
Faktor-faktor  yang meyebabkan Islam masuk Spanyol yaitu dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal sebagai berikut :
1)      Faktor Eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukkan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat lumpuh. Padahal sewaktu Spanyol berada di bawah kekuasaan Romawi, berkat kesuburan tanahnya pertanian dan perdagangan, dan industri maju pesat. Akan tetapi setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat lumpuh. Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir dikalahkan Islam.
2)      Faktor Internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukkan wilayah Spanyol pada khususnya. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di wilayah tersebut.

C.    Perkembangan Islam di Spanyol
1)      Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Stabilitas politik negeri Spanyol pada periode ini belum tercapai secara sempurna, ada gangguan yang datang dari dalam dan dari luar. Gangguan dari dalam yaitu berupa perselisihan diantara elite penguasa, dan terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus, dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Sedangkan gangguan dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan.
2)      Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintah Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama yaitu Abdurrahman I yang memasuki Spanyol (138 H/755 M) yang diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil, ia adalah keturuna Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus, dan al-Dakhil berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol. Saat ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman A-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
3)      Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini Diperintah oleh peguasa dengan gelar khalifah. Umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nashir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku, pada masa ini masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4)      Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan yang berpusat di Sevilla, Cordova, Toledo dan sebagainya. Dan umat Islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya jika terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen, namun walaupun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada peiode ini.
5)      Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini kekuasaan Islam Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum Kristen. Tahun 1238  Cordova jatuh ketangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh pada tahun 1248 M. hampir seluruh wilayah Spanyol Islam lepas dari tangan penguasa Islam.
6)      Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah Dinasti Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir, Tetapi secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah kecil. Abu Abdudllah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya, karena menunjuk anaknya yang lain untuk penggantinya sebagai raja, lalu ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad bin sa’ad. Abu Abdullah kemudian  meminta bantuan kepada ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dan mereka dapat mengalahkannya, lalu Abu abdullah naik tahta.
Kemudian Ferdinand dan Isabella mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan, menyerang balik Abu Abdullah dan mengambil kekuasaannya. Akhirnya Abu Abdullah kalah dan menyerahkan kekuasaanya kepada Ferdinand dan Isabella. Sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara. Lalu berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M.

D.    Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
1)      Kemajuan Intelektual dan Eksakta
a.       Filsafat
Pada abad IV H/X M, para pelajar di Andalusia banyak yang pergi ke Baghdad untuk belajar filsafat. Di antara mereka adalah Abu al-Qasim Maslamah Ibn Ahmad al-Majriti (w. 397 H/1007 M). Ia mempelajari manuskrip-manuskrip Arab dan Yunani, kemudian mengembangkan ilmu yang diperolehnya di Andalusia. Ia berjasa dalam bidang illmu matematika, astronomi, kedokteran, dan kimia, dan ia merupakan ulama’ pertama yang memperkenalkan ajaran Rasa’il ikhwan al-Shafa di Eropa.
Perkembangan filsafat mendorong berkembangnya ilmu eksakta, antara lain matematika. Ilmu pasti yang dikembangkan orang Arab berpangkal dari buku India, yaitu Sinbad, yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari pada tahun 154 H/771 M. Di samping itu, ulama Arab telah menciptakan ilmu tumbuh-tumbuhan untuk kepentingan pengobatan, sehingga melahirkan ilmu apotek dan farmasi.
Tokoh utama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di  Saragosa , ia pindah di Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M.
b.      Sains
Sains yang terdiri dari ilmu-ilmu kedokteran , fisika, matematika, astronomi, kimia, botani, zoologi, geologi, ilm obat-obatan berkembang dengan baik. Salah satu tokoh Sains dalam bidang Astronomi, yaitu Abbas bin Farnas, dalam bidang obat-obatan yaitu Ahmad bin Iyas, di bidang kedokteran yaitu Ummul Hasan binti Abi Ja’far, dalam bidang geogarafi yaitu Ibn Jubar, dan Ibn Khaldun adalah perumus filsafat sejarah.
c.       Bahasa dan Sastra
Di Spanyol  pada masa Islam, banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, antara lain Ibn Sayyidih. Dan dalam bidang sastra banyak bermunculan seperti Al-Aqd Al-Farid karya ibnu Abd Rabbih dan lain-lain.
Pada zaman Umayyah, di Cordova tercatat sejumlah ulama yang melahirkan karya-karya besar, di antaranya yaitu Al-Zabidi (guru Ibn Quthiyah), di antara karyanya Mukhtsahar al-‘Ayn, dan Akhbar al-Nahwiyin.
d.      Musik dan Kesenian
Tokoh seni dan musik antara lain: Al-Hasan bin Nafi yang mendapat gelar zaryab. Zaryab juga terkenal sebagai pencipta lagu-lagu. Keahliannya di bidang musik membekas hingga sekarang, bahkan ia dianggap sebagai peletak dasar musik Spanyol modern.

2)      Bidang Ilmu Keagamaan
a.       Tafsir
Salah satu Mufasir yang terkenal di Andalusia adalah al-Qurtubi. Nama lengkapnya  adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi (w. 1273 M). Karyanya dalam bidang tafsir adalah Al-Jami’u li Ahkam Alqur’an, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid dikenal dengan nama Tafsir Al-Qurtubi.
b.      Fiqh
Spanyol Islam dikenal sebagai pusat penganut mazhab Maliki.Adapun yang memperkenalkaln mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad bin Abd Ar-Rahman. Para ahli Fiqh lainnya adalah Asy-Syatibi, penulis buku Al-Muwafaqat fi Ushul Asy-Syari’ah (ushul Fiqh), dan Ibn Hazm.

3)      Pembangunan Kota
Kemajuan Dinasti Umayyah di Andalusia dicapai pada Zaman Al-muntashir, pengganti Abd al-Rahman al-Dakhil. Kemajuan Cordova ditandai dengan al-Qashr al-Kabir (kota satelit yang dibangun oleh al-Dakhil dan dilanjutkan oleh penggantinya, yang di dalamnya terdapat gedung-gedung istana megah), Rushafat (istana yang dikelilingi oleh taman yang dibangun oleh al-Dakhil di sebelah barat laut Cordova), masjid Jami Cordova (dibangun tahun 170 H/786 M) hingga kini masih tegak, al-Zahra (kota satetlit di bukit pegunungan Sierra Morena), nama tersebut diambil dari nama salah seorang selir (gundik) al-Nashir pada tahun 325 H/936 M). Kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa  atap (kecuali mihrabnya) dan air mengalir di tengah masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman hewan (margasatwa), pabrik  senjata, dan pabrik perhiasan.
Faktor pendukung kemajuan Islam di Spanyol antara lain didukung oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman Ad-dakhil Abdurrahman Al-Wasith, dan Abdurrahman An-Nashir.
Adapun menurut Badri Yatim, sebab-sebab yang menjadikan kemunduran  dan kehancuran Islam Spanyol antara lain disebabkan karena konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, karena kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan karena letaknya yang terpecil dari pusat wilayah dunia Islam yang lain.

E.     Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik. Yang terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusyd-isme) yang menuntut kebebasan berfikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di uniersitas-universitas Islam di spanyol, seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M (30 tahun setelah wafatnya Ibn Rasyd). Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan ilmu filsafat.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan kembali ke dalam bahasa latin.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 Myang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-17 M. Dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.
Selain itu juga bahasa Arab telah berpengaruh besar di Eropa selama Islam berada di Andalusia, Karena lamanya Islam di sana, tidak kurang dari 7000 kata-kata Spanyol yang berasal dari bahasa Arab.

F.     Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman ke Eropa
Semenjak abad ke-11 M, umat Islam mendapat serangan dari berbagai jurusan. Di Andalusia, umat Kristen semenjak Raja Ferdinand I (1035-1065 M) mempersatukan kekuatan membentuk kerajaan Leon yang kuat, mulai menyerang kekuasaan Islam guna merebut kembali daerah-daerah mereka sehingga penyatuan kekuatan mereka itu merupakan awal dari pengusiran umat Islam dari Andalusia. Di pantai timur laut tengah, umat islam mendapat serbuan tentara salib selama dua abad. Di Timur sejak abad ke-10 M, khalifah abbasiyah sudah tidak mempunyai kekuatan lagi. Kekuasaannya telah diambil sultan-sultan Buwaihi, kemudian oleh Bani Saljuk. Hilangnya kekuasaan khalifah itu menjadi sempurna setelah datangnya Hulagu menyapu bersih kota Baghdad dari permukaan bumi.
Umat Islam kehilangan segala sesuatu yang pernah dimiliki. Namun, terjadi sesuatu yang diluar dugaan manusia, ternyata bangsa yang menghancurkan daulah Islamiyah yang berpusat di Baghdad itu, keturunannya justru menjadi pembangun dan pembela agama Islam dan kebudayaannya yang gigih sehingga agama Islam menjadi tumbuh dan mekar kembali.
Sebenarnya transmisi ilmu pengetahuan Islam mengalir ke Eropa melalui berbagai jalur. Jalur-jalur tersebut adalah :
·         Melalui Perang Salib
·         Melalui Negeri Sicilia
·         Melalui Andalusia (Spanyol)



BAB III
PENUTUP

Ø  Kesimpulan
Faktor-faktor  yang meyebabkan Islam masuk Spanyol yaitu dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukkan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukkan wilayah Spanyol pada khususnya.
Kemajuan Islam di Spanyol dipengaruhi oleh kemajuan intelektual dan eksakta (filasafat, sains, musik dan kesenian, bahasa dan sastra), bidang ilmu keagamaan (fiqh dan tafsir), dan pembangunan kota.
Pengaruh peradaban Islam di Spanyol yaitu berawal Di Eropa yang timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusyd-isme) yang menuntut kebebasan berfikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini. Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di uniersitas-universitas Islam di spanyol, seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca.
Selain itu juga bahasa Arab telah berpengaruh besar di Eropa selama Islam berada di Andalusia, Karena lamanya Islam di sana, tidak kurang dari 7000 kata-kata Spanyol yang berasal dari bahasa Arab.




DAFTAR PUSTAKA

Amin Munir, Samsul, Drs. M.A,. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hlm 162
Yatim, Badri, Dr. M.A,. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hlm 88
Mubarok, Jaih, Dr. M.Ag,. Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004, hlm 70